Minggu, 17 November 2013

Hipertensi (Darah Tinggi) Sillent Killer



Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan  tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995). Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi  gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit  jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung.  Hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Penggolongan ini diatur berdasarkan penyebab terjadinya hipertensi. 



Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.  Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor lain seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan prmbuluh darah dan lain-lain.


Faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan. Yang pertama faktor yang tidak bisa dimodifikasi seperti faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Yang kedua faktor yang dapat kita modifikasi dengan kata lain kita dapat mencegah timbulnya hipertensi dengan mengubah polanya seperti stres, obesitas, nutrisi dan gaya hidup.
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali atau lebih pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan anda ke dokter.


Hipertensi maligna adalah hipertensi yang mengancam nyawa, dimana telah terjadi kerusakan organ target seperti ginjal, otak , mata dan lain sebagainya.

Gejala Hipertensi:

Hipertensi ringan atau sedang umumnya tiddak menimbulkan gejala yang terlihat. Gejala hipertensi akan timbul dan terlihat apabila tekanan darah tinggi dirasakan semakin berat atau pada suatu keadaan yang krisis dari tekanan darah itu sendiri. Gejala hipertensi yang semakin berat dan kian lama dirasakan akan menampakkan gejala seperti :
- Sakit kepala
- Sering merasa pusing yang terkadang dirasakn sangat berat
- Nyeri perut
- Muntah
- Anoreksia
- Gelisah
- Berat badan turun
- Keluar keringan secara berlebihan
- Epistaksis (mimisan)
- Palpitasi (debar-debar)
- Poliuri (sering pipis)
- Proteinuri (protein dalam urin)
- Hematuri (pipis berdarah)
- Retardasi pertumbuhan

Pada gejala hipertensi yang semakin kronis akan muncul gejala, seperti :
- Ensefalopati hipertensif
- Hemiplegi
(lumpuh sebelah)
- Gangguan penglihatn dan pendengaran
- Pareses dan facialis
(lumpuh wajah)


Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit  jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal.  Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan  akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Dengan pendekatan  sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu : Gagal jantung kongestif, Angina pectoris, Infark miokard, Ensefalopati hipertensif (otak), Gagal ginjal kronis, pada Mata terjadi  Retinopati hipertensif dan Penyakit  pembuluh darah  perifer.

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan  sampai dengan kebutaan. Pada otak  sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang  dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses  tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA) (Anggreini AD et al, 2009).




Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

  1. Target tekanan darah yaitu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi  seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80  mmHg.
  2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
  3. Menghambat laju penyakit ginjal.
Terapi dari hipertensi terdiri dari terapi non farmakologis dan farmakologis seperti :
Terapi Non Farmako logis

  1. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih. Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap  tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting  dalam pencegahan dan kontrol hipertensi.
  2.  Meningkatkan aktifitas fisik.  Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50%  daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit  sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.
  3.  Mengurangi asupan natrium (garam). Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti hipertensi oleh dokter.
  4.  Menurunkan konsumsi kafein dan alcohol. Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap  detiknya. Sementara konsumsi alkohol  lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Terapi Farmakologis : yang diberikan oleh dokter sesuai dengan jenis hipertensinya, baik itu ringan, sedang, berat maupun maligna.


Penulis:
dr. N. Silvia Carolina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar